Kisah pendaki Rinjani saat gempa di Lombok: "Saya melihat mayat, sekarang tak berani naik gunung"

joni p 02 Agustus 2018 02:53:38 WIB

 

  • 30 Juli 2018
    Image caption "Untuk sekarang saya tak berani naik gunung, tapi untuk ke depannya tak tahu, soalnya saya masih trauma," kata Krishna korban selamat, pendaki dari Bandung.

Sebagian korban selamat gempa di Gunung Rinjani, Lombok, NTB, masih mengalami trauma karena apa yang mereka alami dan saksikan.

Salah satunya adalah Krishna, pendaki dari Bandung yang baru diselamatkan hari Senin (30/07) setelah sebelumnya terjebak di sana.

"Saya melihat mayat sebelum perjalanan ke Segara Anak. Itu yang kepalanya pada hancur, yang kaya' gitulah pokoknya. Itu ngeri pokoknya. Untuk sekarang saya tak berani naik gunung, tapi untuk ke depannya tak tahu, soalnya saya masih trauma."

Krishna, yang saat gempa sedang berkemah di Rinjani, kemudian menceritakan pengalamannya saat menyelamatkan diri.

"Langsung masukan barang, yang kelihatan saja, masuk-masukan. Terus sudah itu, kita naik, tenda ditinggal. Naik ke atas, sudah pada panik semuanya itu, yang di atas juga.

"Lalu di atas lihat air danau itu surut. Kita stuck di situ, kita panik semuanya, soalnya jalur semuanya pada longsor. Ya sudah, kita tunggu di situ sampai tadi pagi," katanya.

Korban selamat lain adalah Gita Dwipayasantri yang membawa anak perempuannya yang berumur empat tahun ke tempat penampungan darurat di Sembalun, salah satu kecamatan di kabupaten Lombok Timur, yang berada di bawah kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani

"Anak saya langsung kaget. Sampai sekarang dia muntah-muntah, terus panas-panas. Dia shock makanya dibawa ke sini. Dia lihat runtuhan bangunan, rumah yang jatuh. Sebenarnya saya juga trauma, langsung pusing-pusing mau muntah. Tapi saya ingat anak saya, saya harus kuat," demikian Gita bertekad.

Nathakan Sukum, seorang pendaki asal Thailand mengaku sangat takut ketika gempa terjadi.

"Mengerikan sekali karena batu-batu berjatuhan dari gunung. Pemandu kami berteriak, 'Pergi! Lari! Terus berlari!' Ada yang tidak bisa bergerak, mereka hanya menangis.," paparnya kepada wartawan BBC News Indonesia, Rebecca Henschke, yang melaporkan dari Lombok.

Keadaan sekitar Gunung Rinjani masih tidak stabil sehingga menghambat usaha penyelamatan para pendaki korban gempa Lombok berkekuatan berkekuatan 6,4 pada skala Richter pada hari Minggu (29/07).

"Untuk usaha evakuasinya, hari ini kita cancel (batalkan) dan kita akan standby di Pelawangan Sembalun karena lihat kondisi trek yang banyak longsor. Kita tidak berani turun menuju TKP (tempat kejadian)," kata Kuswandi Harun, seorang pemandu wisata pendakian gunung yang menjadi bagian dari tim penyelamatan.

Ia kini berada di Plawangan Sembalun yang terletak di ketinggian 2.645 meter di atas permukaan laut.

Sampai Senin siang (30/07), di daerah tersebut terlihat banyak longsoran di tebing-tebing, batu dan pasir yang terus berjatuhan, barang-barang yang ditinggal seperti tenda-tenda porter, makanan, kursi dan meja.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Barat juga menyebutkan jalur pendakian tertutup material longsor.

Kuswandi yang merasakan gempa di kaki gunung, di Sembalun Lawang bergerak naik untuk membantu usaha penyelamatan pada Senin pagi dan melihat ratusan orang berhasil naik dari danau, meninggalkan kawah.

Para pendaki yang sebagian besar rombongan dari Thailand, selain Malaysia, Inggris, Jerman dan Indonesia sendiri dilaporkan dalam keadaan baik, meski sempat kekurangan makan dan minum dan sekarang berada di desa Sembalun.

Sejumlah pendaki masih di kawah

Sampai sekarang diduga masih terdapat beberapa pendaki di kawah.

"Informasi dari pendaki-pendaki yang naik dari danau tadi, ada satu orang sekitar satu kilometer dari danau. Yang jelas dia sudah meninggal. Temannnya dia sudah taruh di dalam tenda. Yang meninggal ini orang Makassar, orang Indonesia. laki-laki," kata Kuswandi yang menjadi bagian dari tim penyelamatan pemerintah Lombok Timur.

"Juga di danau, empat orang, perempuan, tidak mau naik. Dia diminta dievakuasi menggunakan heli," tambah Kuswandi asal Lombok yang sudah 15 tahun menjadi pemandu wisata lewat perusahaan guide dan trekking organizer Stuck Rinjani Mountain di Lombok Timur.

Sampai sejauh ini sudah belasan orang dilaporkan meninggal akibat bencana alam ini. Jadi apa yang perlu dilakukan sekarang?

"Seharusnya yah untuk lebih memaksimalkan memberikan fasilitas-fasilitas seperti helikopter untuk mengevakuasi korban atau men drop-in karena kita kalau secara manual kan lebih lambat.

"Tadi ada helikopter yang berputar-putar tetapi dia tidak menuju TKP, mungkin juga alasannya cuaca tadi siang lagi berkabut tebal," kata Kuswandi yang berencana akan tetap terus membantu penyelamatan korban di sekitar danau.

Sebelumnya dilaporkan, tim gabungan TNI, Polri, SAR, petugas taman nasional, dan para relawan menggelar upaya evakuasi terhadap ratusan pendaki yang terperangkap di Gunung Rinjani.

Presiden Joko Widodo bersama Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi telah mengunjungi lokasi pengungsian di Desa Belanting, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur untuk memastikan penanganan dampak gempa dapat diselesaikan dengan cepat dan baik.

Menurut BPBD NTB, korban meninggal dunia akibat gempa mencapai 16 orang.

 

Sumber : https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-45006010

 

Komentar atas Kisah pendaki Rinjani saat gempa di Lombok: "Saya melihat mayat, sekarang tak berani naik gunung"

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
 

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Jumlah Pengunjung

Lokasi Rempek

tampilkan dalam peta lebih besar